MAHASISWA HARUS MENJADI PELAKU EKONOMI DI DAERAHNYA MASING-MASING
Hari Rabu tanggal 6 Desember 2017 menjadi hari yang sangat berkesan bagi mahasiswa, staf, dan dosen Institut Manajemen Wiyata Indonesia (IMWI) setelah diterima dengan sangat baik dan hangat oleh Bapak Sekretaris Daerah Jawa Barat, Dr. H. Iwa Karniwa, S.E.Ak., M.M., CA., PIA. di Ruang Papandayan, Gedung Sate, Kantor Gubernur Jawa Barat, Bandung.
Sungguh sebuah kehormatan bagi IMWI, Ruang Papandayan yang biasanya digunakan oleh Gubernur, Wakil Gubernur, dan Sekretaris Daerah Jawa Barat untuk melakukan rapat-rapat penting dengan pimpinan-pimpinan tinggi di lingkungan Provinsi Jawa Barat, namun kali ini untuk pertama kalinya digunakan untuk menyambut tamu mahasiswa, staf, dan dosen, dalam hal ini dari IMWI.
Bapak Sekda mengawali sambutannya dengan sedikit bercerita tentang pengalaman hidup beliau sedari kecil, remaja, sampai dengan saat ini menjabat sebagai Orang Nomor Tiga di Provinsi Jawa Barat.
Bapak Sekda lahir di Ciamis dari keluarga sederhana, merupakan anak kesembilan dari sembilan orang bersaudara; hari-hari di masa kecil dilalui dengan berjualan es, berjualan kerupuk, berjualan minyak tanah, untuk sekedar membantu orang tua, hingga kebiasaan berjalan kaki ke sekolah 10 km setiap hari.
Pernah suatu waktu sangat tergugah dengan kisah di zaman Rasulullah, ketika Rasulullah menyampaikan kepada para sahabat mengenai kewajiban seorang anak untuk berbuat baik kepada kedua orang tuanya, terutama ibu. Beliau waktu itu langsung mempraktikkan dengan mengambil baskom berisi air, meminta sang ibunya duduk, ingin dicuci dengan kedua tangannya kaki ibunya tersebut, namun begitu terharu begitu melihat kaki ibunya yang penuh retak, bekas-bekas perjuangan, kerja keras, sebagai ibu dari keluarga sederhana dengan sembilan orang anak.
Beberapa pesan Bapak Sekda kepada para mahasiswa yang saat ini sedang menempuh pendidikan tinggi:
Pertama, sebagai mahasiswa, jaga semangat untuk mengejar ilmu, meningkatkan pengetahuan, dan keterampilan, dalam kondisi apapun, baik dalam kondisi yang berkelebihan, berkecukupan, maupun berkekurangan.
Yang harus selalu diupayakan adalah kerja keras. Jika suatu waktu dalam kondisi berketerbatasan keuangan, tidak apa. Jadilah mahasiswa berprestasi, karena dengan prestasi dapat membantu pembayaran biaya kuliah melalui beasiswa-beasiswa.
Kemudian sembari bekerja keras, harus diimbangi dengan gizi yang cukup. Kadang kebiasaan di kalangan mahasiswa adalah mahasiswa “terlalu berhemat”, yang saking berhematnya jatah untuk makan dikurangi. Asupan makanan menjadi tidak seimbang, sarapan pagi ditinggalkan, padahal sarapan pagi sangat baik sebagai bekal tenaga untuk beraktifitas dari pagi sampai siang.
Gara-gara berhemat menahan makan pula badan menjadi lemas, sulit berkonsentrasi, mudah mengantuk, memilih lebih banyak tidur, yang pada akhirnya waktu di satu hari tidak maksimal digunakan untuk bekerja keras, belajar keras meningkatkan pengetahuan. Sedangkan kebutuhan kompetensi mahasiswa di zaman sekarang harus handal dengan segala bekal-bekal kekinian. Penguasaan bahasa asing, yakni bahasa Inggris, bahasa Arab, dan bahasa Mandarin, serta penguasaan ilmu komputer sangat penting untuk bersaing ketat di masa depan.
Kedua, betapa penting membangun networking atau jaringan, dengan menjalin hubungan yang baik di antara teman, kerabat, kenalan, ataupun orang-orang baru, dalam hal ini orang-orang baru yang bisa menunjang pengembangan diri dan memberikan pengalaman hidup yang baik. Silaturahim adalah bahasa lain dari membangun networking ini. Silaturahim bisa dilakukan kapan saja, dengan cara atau dengan menggunakan media apapun.
Ketiga, membangun nilai-nilai positif melalui keikutsertaan dalam organisasi pembelajaran, membangun inovasi, dan membangun entrepreneurship.
Sebuah organisasi pembelajaran memegang peranan yang sangat penting dalam membangun karakter pribadi-pribadi (individu) yang berada di dalamnya. Organisasi pembelajaran yang secara terus menerus dan terencana memfasilitasi anggotanya agar mampu terus menerus berkembang dan mentransformasi diri, baik secara kolektif maupun individual dalam usaha mencapai hasil yang lebih baik dan sesuai dengan kebutuhan yang dirasakan bersama antara organisasi dan individu di dalamnya.
Inovasi dapat diartikan sebagai sebuah kemampuan untuk bisa selalu tampil unggul di antara cepatnya perubahan yang terjadi dalam kondisi zaman seperti sekarang ini. Membangun entrepreneurship sedari diri dapat membantu melatih munculnya inovasi.
Di masa-masa awal mahasiswa membangun entrepreneurship, mahasiswa dapat menempatkannya sebagai program latihan pengembangan diri. Mahasiswa tidak harus terlalu terbebani dengan harus laba berapa, harus mendapatkan uang berapa dari usaha ini, melainkan lebih kepada bagaimana bisa menjaga usaha terus survive, diminati, dan berkembang dari waktu ke waktu. Sehingga, bagaimana memunculkan inovasi benar-benar akan terlatih.
Kemudian melalui entrepreneurship pula bisa membangun karakter menjadi pribadi yang senantiasa siap melayani. Meraih konsumen baru, mempertahankan konsumen lama adalah bagian dari aktifitas keseharian yang terus dijalani. Semuanya melibatkan layanan yang baik. Termasuk juga, kepedulian terhadap lingkungan sekitar, menjadikan pribadi lebih manfaat dengan membuka peluang pekerjaan kepada orang lain, lebih peduli dengan ikut bergerak membangun daerah adalah beberapa hal yang bisa muncul dari entrepreneurship. Maka sungguh organisasi pembelajaran, inovasi, dan entrepreneurship menjadi satu kesatuan untuk membangun nilai-nilai positif di dalam diri.
Keempat, meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sebagai umat beragama kita semua meyakini bahwa semua yang terjadi pada diri kita, orang lain, dan alam semesta ini semua karena keterlibatan Tuhan Yang Maha Kuasa dengan segala kemestiannya. Penyerahan diri yang tulus dengan melakukan ikhtiar lalu kemudian menyerahkan hasil hanya kepada-Nya dapat menjaga pikiran positif bahwa semua yang terjadi dan akan terjadi memang itulah yang terbaik yang telah dipilihkan oleh Tuhan untuk kita. “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.”
Itulah empat hal yang disampaikan oleh Bapak Sekda Jabar dalam kesempatan menerima rombongan -fellowship mahasiswa, staf, dan dosen Institut Manajemen Wiyata Indonesia sebagai tamu spesial di pagi hari Rabu itu. Beliau juga memandang Sukabumi ke depan akan memiliki kesempatan untuk maju dengan dibukanya tol Bogor – Ciawi – Sukabumi, dan beberapa ruas lainnya di masa akan datang.
Mahasiswa dan masyarakat Sukabumi secara keseluruhan harus menjadi penggerak utama proses kemajuan itu. Menjadi pelaku ekonomi dengan menggunakan kesempatan, berinovasi, membangun entrepreneurship, berproses membentuk diri dari pribadi yang bukan siapa-siapa di masa-masa awal, menjadi pribadi yang siap sedia memimpin negeri di masa-masa yang akan datang.
0 Response to "MAHASISWA HARUS MENJADI PELAKU EKONOMI DI DAERAHNYA MASING-MASING"
Post a Comment